Ketika membahas strategi Indonesia sebagai pusat maritim global, ada beberapa aspek yang sering luput dari perhatian. Kami sibuk menyoroti kesiapan infrastruktur dan pelayanan pelabuhan Indonesia. Kami rajin menghitung jumlah kapal asing yang mencuri ikan di perairan kami. Namun, kita belum cukup memperhatikan jumlah kapal milik perorangan atau perusahaan Indonesia yang beroperasi di perairan kita. Sumber daya laut hanya dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kesejahteraan nasional jika kita memiliki armada yang memadai.
Ketersediaan armada angkatan laut sangat bergantung pada kekuatan industri pembuatan kapal. Perusahaan pembuat kapal berperan dalam produksi, pemeliharaan dan perbaikan kapal. Menurut sumber Kementerian Perindustrian, saat ini Indonesia memiliki sekitar 250 perusahaan galangan kapal. Faktanya, baru sekitar 20 pelabuhan Indonesia yang memiliki fasilitas pembuatan kapal. Hal ini disebabkan tingginya biaya investasi dan operasional. Ini adalah industri padat modal dan padat teknologi.
Biasanya galangan kapal mempunyai fasilitas tambatan berupa dry dock, dimana dry dock merupakan suatu tempat seperti kolam yang luas dan dalam, tergantung besar kecilnya kapal yang akan masuk, dihubungkan dengan sebuah “gerbang”. Pada industri pembuatan kapal, pintu dermaga ditutup dan air dipompa keluar, sehingga tempatnya kering dan nyaman untuk kegiatan pembuatan kapal. Untuk memperbaiki atau merawat kapal, kapal dimasukkan ke dalam tangki, pintunya ditutup, kemudian air laut dipompa keluar. Setelah pembangunan, perbaikan, atau pemeliharaan kapal selesai, katup gerbang dermaga terbuka, sehingga air laut dapat masuk ke dalam kapal. Setelah mengapung, kapal dapat berangkat dan kembali ke laut.
Beberapa galangan kapal sedang membangun dermaga dan fasilitas peluncuran kapal. Kereta api maritim merupakan kendaraan bermotor berupa rel yang digunakan untuk menarik kapal dari laut ke daratan atau meluncurkan kapal dari daratan ke laut.Kelebihan pemasangan ini adalah biayanya lebih murah dibandingkan dengan pembangunan dermaga kering. Perusahaan pembuat kapal membangun halaman beton dan memasang rel ke laut. Kelemahannya, kekuatan dan kapasitas rel terbatas. Kedua, konstruksi rel bersifat tetap (fixed), tidak bisa dipindah-pindah. Ketiga, kapal yang ditarik dapat merusak rel. Keempat, fasilitas rel membutuhkan perawatan yang mahal, terutama pada bagian yang terendam air.
Pada tahun 1980-an, terdapat temuan teknologi yang dapat mengatasi kelemahan baik sistem graving dock, ship railway maupun slipway, yaitu Rubber Airbag. Kantung udara karet adalah kantung udara berbentuk tabung dengan kerucut di kedua ujungnya. Airbag ini terdiri dari dua lapisan utama. Lapisan dalam terbuat dari serat nilon sintetis yang dilapisi karet disebut karet yang diperkuat tali sintetis. Dan lapisan luarnya dimodifikasi karet alam untuk menahan gesekan dan tekanan.
Struktur rubber airbag terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama disebut batang, yaitu bagian tengahnya berbentuk seperti tabung. Bagian kedua disebut kepala, yaitu kerucut dengan dua ujung. Bagian ketiga disebut mulut, yaitu bagian ujung kerucut yang terbuat dari logam dan berfungsi mengisi atau mengeluarkan udara di dalamnya.
Jenis rubber airbag dapat dilihat dari ukuran dan desainnya. Secara umum, jenis tas karet karet menurut diameternya ada tiga, yaitu 1,5 meter, 1,8 meter, dan 2 meter. Namun ada juga rubber airbag dengan diameter 0,8 meter, 1 meter, dan 1,2 meter, bahkan lebih dari 2 meter. Panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.
Dari segi desain, kantung udara karet terlihat berkat banyaknya lapisan serat nilon yang ditenun di dalamnya. Biasanya, desain airbag karet terbuat dari tiga hingga enam lapis anyaman serat nilon. Namun ada juga jenis yang melebihi level tersebut namun biasanya tidak lebih dari 10 lapisan (layer/lapisan).
Hubungi kami di wa.me/6281222629958